Selasa, 07 Juni 2011

Orang Tua- Anak Jalin Komunikasi Seperti Teman

1 komentar
LUBUKLINGGAU-Seorang anak berangsur-angsur akan tumbuh semakin dewasa. Selain fisik, terjadi pula perubahan sifat yakni tidak mau membuka diri, artinya mereka tidak suka mengungkapkan masalahnya.
Pada saat inilah diperlukan pendekatan khusus untuk tetap menjaga hubungan dengannya. Orang tua pun selayaknya beradaptasi dengan perubahan tersebut, untuk menyesuaikan dengan perkembangan anak. Sering kali orang tua melakukan kesalahan dalam membina hubungan dengan anak. Seperti dikatakan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Lubuklinggau, Astuti Karya Dewi.
Menurutnya, tidak sedikit orang tua yang melakukan pendekatan klasik kepada anaknya. Caranya tidak menggurui atau menyalahkan. Sebaiknya, orangtua bersikap layaknya teman mereka. Wanita yang akrab disapa Dewi itu melanjutkan, membesarkan remaja dengan selalu mencekokinya dengan pemikiran-pemikiran negatif, malah berpeluang besar mereka akan terjatuh pada lubang yang semua orang tua takuti.
Akan sangat dikhawatirkan, orang tua yang selalu mengingatkan anaknya untuk tidak terlibat pada tindakan berisiko, beberapa tahun kemudian malah mendapati remaja mereka terlibat pada tindakan tersebut. Oleh sebab itu Dewi meminta para orangtua untuk memfokuskan diri pada hobi dan minat yang dimiliki anak-anak mereka.
”Meskipun orang tua tidak mengerti hobi yang mereka jalani, dengan demikian orang tua dapat membuka jalan untuk berkomunikasi dengan berhubungan dengan dunianya,” kata Dewi.
Orangtua      dari hal 11
Hal ini, tukasnya, dapat membawa kembali hubungan hangat antara orangtua dan anak. Orangtua sekaligus dapat mempelajari hal-hal baru seputar hobi dan minat yang tengah digemari anaknya.
Memang, untuk membesarkan anak di tengah perkembangan global seperti sekarang ini, dibutuhkan strategi tertentu. Banyak pula orangtua yang akhirnya berpaling pada buku pola pengasuhan anak, dibandingkan menggunakan insting mereka dalam menghadapi buah hatinya.
Banyaknya keterlibatan anak pada pergaulan bebas, tindakan negative, dan aksi yang termasuk dalam kenakalan remaja harusnya dapat lebih membuka mata orang tua untuk mengintrospeksi diri. Orangtua seharusnya meluangkan waktu ekstra untuk berbicara dengan pasangan ataupun anak, guna mendapatkan titik terang mengenai apa yang paling penting dalam kehidupan keluarga. Berbicara dari hati ke hati, dan terus menjalani komunikasi di antara anggota keluarga, menjadikan hubungan anak dan orangtua pun semakin tidak berjarak.
Kesalahan lain yang kerap dilakukan orangtua adalah terlalu sering meributi hal-hal yang kecil. Banyak juga orangtua yang terang-terangan mengaku kecewa di hadapan anak jika dia gagal berprestasi dalam satu bidang, meskipun sang anak telah mengerahkan segenap kemampuan.
Menjaga anak terhadap realita kehidupan yang nyata, membuat dia kehilangan kesempatan untuk merasakan kegagalan atau mempelajari kesalahan, maupun mengambil kesempatan yang mungkin datang di lain waktu.
Biarkan saja anak merasakan pahitnya kegagalan, dan di lain waktu menikmati manisnya keberhasilan dan kerja keras. Dengan begitu, dia baru merasakan warna-warna kehidupan dan menarik hikmah dari pengalamannya.
Ia menyarankan, agar orangtua harus sigap bertindak manakala mereka mencurigai anaknya melakukan tindakan menyimpang. Rentang usia antara 13–18 tahun merupakan waktu yang tepat bagi orangtua untuk terus mengikuti perkembangan anak. Hal ini tentunya dilandasi pada pengalaman orang tua sendiri sewaktu muda dahulu.
Dewi menyarankan orangtua untuk selalu mengawasi perubahan dalam diri anak, seperti penampilan, prestasi, kinerja, dan teman sepermainan yang baru. (08)

Siswa SMPN MS Diterima di SMAN Internasional Sumsel

0 komentar




Foto : Sulis/Linggau Pos
Beasiswa  : 
Peraih Beasiswa Sampoerna Academy di SMAN Internasional Sumsel, Nanik Apriyani, Nurmila Mustika, dan Reno Adi Prayogo fose bersama guru dan Kepala SMPN Megang Sakti, Mutia Farida.

MEGANG SAKTI-
Berdasarkan hasil penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2011/2012, tiga peserta didik dari SMP Negeri Megang Sakti (MS) berhasil meraih Beasiswa Sampoerna Academy di SMAN Internasional Sumatera Selatan (Sumsel).
Mereka adalah Nanik Apriyani , Nurmila Mustika, dan Reno Adi Prayogo. Sebelumnya, untuk dapat berhasil masuk dalam kategori siswa-siswi beruntung ini, ketiga peserta didik alumni tahun pelajaran 2010/2011 itu harus melalui proses seleksi yang sangat ketat. Seperti tes akademik empat mata pelajaran yang di Uji Nasional (UN) kan (IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Matematika), psikotes, dan diskusi Bahasa Inggris.
Demikian dijelaskan Kepala SMPN Megang Sakti, Mutia Farida kepada wartawati koran ini, kemarin (6/6).
Tiga peserta didik tersebut termasuk dalam enam siswa SMP dari Kababupaten Musi Rawas dan dua siswa SMP dari Kota Lubuk Linggau yang telah dinyatakan berhasil lulus sebagai pemenang Program Beasiswa Sampoerna Academy SMAN Internasional Sumatera Selatan  2011 – 2014. Mereka adalah, Candi Feronika dari SMPN B Serikaton, Abdul Fitri Yanto dari SMPN L Sidoharjo, dari Ratna SafitriSMPN O Mangunharjo, Pevilia Sandi dari SMPN 13 Lubuk Linggau, dan Yongki Aleksander dari SMPN 8 Lubuk Linggau. Setiap siswa akan mendapatkan beasiswa Rp 150 juta untuk tiga tahun belajar di SMAN Internasional Sumsel.
Mutia Farida mengucapkan selamat kepada peserta didiknya ini. Ia berharap, kesempatan ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, sampai akhirnya siswa-siswi yang terkenal berprestasi di sekolah itu, akan terus mengukir prestasi. Ia juga sangat mengharapkan langkah yang ditempuh tiga peserta didik tersebut akan memotivasi peserta didik lain yang masih duduk di bangku kelas VII dan VIII untuk belajar, berkreasi dan mengoptimalkan potensi yang ada.
Perlu diketahui, sejak tahun 2009 siswa-siswi SMPN Megang Sakti telah berhasil masuk dan ambil bagian dalam program beasiswa tersebut. Diantaranya Puspita Sari, Gita Tambao Suselin, Lala Larasati pada tahun pelajaran 2009 – 2010, Kholifatin Artika pada tahun pelajaran 2010 – 2011, Nanik Apriyani , Nurmila Mustika , dan Reno Adi Prayogo yang akan mulai masuk pada tahun pelajaran 2011 – 2012.
Selain prestasi membanggakan itu, belum lama ini beberapa siswa SMPN Megang Sakti berhasil menjuarai Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten Musi Rawas. Selain itu, dalam bidang non akademik, siswa-siswi di sekolah ini juga aktif dalam sanggar tari. Sederet prestasi yang telah diperoleh membuat Mutia Farida optimis untuk mendukung program pemerintah Kabupaten Musi Rawas untuk menambah satu Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). (08)

Giat Belajar dalam Kondisi Sesulit Apapun

0 komentar
Foto : Sulis/Linggau Pos
FOSE BERSAMA : Ketua Yayasan Pendidikan dan Sosial Azhariyah, Hidayatullah fose bersama Ustadz Indra Rozak, Siti Fatonah, Effendi dan beberapa dewan guru Azhariyah.

Pelepasan Santri Azhariyah Berlangsung Haru

Isak tangis tiba-tiba memecah ketika anak didik Yayasan Sosial dan Pendidikan Azhariyah tampil menyanyikan sebuah lagu berjudul Terima Kasih Guruku. Dipadu dengan lantunan puisi yang cukup menyayat, tamu undangan dibuat haru. Berikut laporannya.

Sulis, Keputraan

Senin (6/6) pukul 09.30 WIB, tepatnya di Kelurahan Keputraan, Kecamatan Lubuklinggau Barat II di dalam lokal belajar yang dibangun sederhana, sengaja disulap menjadi ruang pertemuan dengan menggabungkan dua lokal khusus. Dinding dan lantai terlihat baru saja usai di bangun. Namun, karena masih dalam upaya proses penyelesaian, gedung yang rencananya akan dibangun tiga tingkat itu, baru rampung lantai dasarnya saja.
Meskipun demikian, ruangan yang dicat dengan warna sejuk Hijau ini cukup membawa pundi-pundi rasa syukur sebab sampai saat ini, lebih dari 140 anak yatim piatu, anak kurang mampu, dan anak panti asuhan Masturo masih berkesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, sebagaimana yang dimanahkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31.
Beberapa peserta didik terlihat sudah tak sabar ingin memanfaatkan gedung ini sebagai lokal belajar. Peserta didik yang sebagian besar merupakan anak-anak Panti Asuhan Mastura itu satu demi satu akan melanjutkan jenjang pendidikannya.
Tahun pelajaran 2010/2011 ini, Yayasan Sosial dan Pendidikan Azhariyah meluluskan 16 peserta didik SMA Islam Azhariyah, 22 siswa-siswi MTs Azhariyah dan 11 SD Islam Azhariyah.
Kepala MTs Azhariyah, Siti Fatonah mencoba banyak berbagi pengalaman.
“Melihat anak-anak Azhariyah lulus dan berhasil menempuh pendidikannya merupakan kebahagiaan bagi kami. Melihat mereka bisa mengenyam pendidikan, sudah merupakan kebahagiaan yang tidak terhingga. Dalam kondisi sulitpun, baik dalam ekonomi maupun kasih sayang, mereka masih berusaha berjuang untuk bisa memperoleh pendidikan yang layak, seperti anak pada umumnya. Yayasan Sosial dan Pendidikan Azhariyah memfasilitasi mereka, berkat bantuan pemerintah dan kedermawanan masyarakat alhamdulillah anak-anak sampai saat ini tetap bisa melanjutkan sekolah,” jelas ibu yang akrab di sapa ibunda oleh anak-anak panti Mastura ini.
Yayasan yang telah berdiri tegak sejak 1972 itu masih terus berupaya, di dalamnya berjuang para guru yang mengabdikan ilmu dan raganya demi kemajuan pendidikan anak-anak ini.
Kepala SMA Islam Azhariyah, Ustadz Indra Rozak menjelaskan, selama anak-anak sekolah di Azhariyah. Yayasan tersebut tidak pernah memungut biaya semesteran atau SPP sepeserpun dari anak didik. Semua dilaksanakan ikhlas lillahita’ala, namun tetap mengutamakan kualitas. Dibekalinya anak didik dengan ilmu dunia dan akhirat, agar mereka kelak dapat selamat dalam kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Indra Rozak terus memotivasi anak didiknya untuk semangat menuntut ilmu. Sebagai umat muslim, menuntut ilmu merupakan kewajiban.
Giat  dari hal 11
Jika tidak ditunaikan, maka akan berdosa. Oleh sebab itu, ia meminta dalam kondisi sesulit apapun, anak didik jangan malu, jangan minder, dan jangan putus asa.
“Ketika kita memiliki niat yang teguh, menuntut ilmu untuk beribadah kepada Allah, untuk memperkuat keimanan kita terhadap Allah SWT. InsyaAllah, akan ada jalan yang luas membentang membuka masa depan kita,” kata Ust Indra.
Dalam acara tersebut, hadir pula Kepala SD Islam Azhariyah, Effendi, Ketua Yayasan Sosial dan Pendidikan Azhariyah, Hidayatullah, dewan guru, orang tua wali dan peserta didik Azhariyah.
Indra Rozak berharap, Azhariyah akan terus maju. Perannya dalam dakwah, membantu anak yatim dan kurang mampu dapat terus dilakukan. Sehingga tidak akan ada lagi masyarakat yang mengaku tidak bisa sekolah lantaran takut dengan mahalnya biaya.
Dibalik tidak adanya pungutan tersebut, Azhariyah akan terus meningkatkan kualitas tenaga pengajar, kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana, serta kualitas alumninya. (*)

Senin, 21 Februari 2011

BAZ Siapkan Rp 7,5 Juta Untuk Lubuklinggau Cerdas

1 komentar
LUBUKLINGGAU-Periode ke-XII 2011 Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Lubuklinggau menyediakan Rp 7,5 juta, untuk dana beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa di Kota Lubuklinggau. Rencana pengucuran dana ini sebagai wujud dukungan BAZ terhadap program Kota Lubuklinggau Cerdas, yang dicanangkan Pemkot Lubuklinggau.
Demikian dikatakan Ketua BAZ Kota Lubuklinggau, A Rahman Naning, didampingi Bendahara BAZ, Soepardi, kepada koran ini, Minggu (20/2).
Dari dana yang disiapkan, akan diberikan kepada dua orang mahasiswa Perguruan Tinggi (PT) di Kota Lubuklinggau, dan  masing-masing mahasiswa akan menerima Rp 700 ribu. Selanjutnya akan diserahkan kepada lima  siswa SMA/MAN, yakni Rp 450 ribu/orang. Lalu lima siswa-siswi SMP/MTs, akan menerima Rp 350 ribu/orang.
Selain itu, beasiswa ini juga akan diberikan untuk enam  siswa-siswi SD/MIN, Rp 250 ribu/orang. Dan yang terakhir diserahkan kepada empat anak TK, yakni Rp 100 ribu/orang.
A Rahman Naning berharap, dengan adanya pemberian beasiswa ini, akan memotivasi para pelajar dan mahasiswa di daerah, khususnya bagi 21 peserta didik yang terpilih. Sebelumnya, penerima beasiswa merupakan peserta didik yang diajukan pihak sekolah.
Perlu diketahui, periode XII, BAZ akan menyalurkan dana yang terkumpul untuk dua kategori, yaitu konsumtif dan produktif. Khusus kategori konsumtif, dana yang dikumpulkan dari zakat, infaq, dan shadaqah yang diserahkan oleh masyarakat Kota Lubuklinggau akan diserahkan kepada 216 mustahiq fakir miskin, Rp 150 ribu/orang. Kemudian dana BAZ tadi akan diberikan  pula kepada 24 orang fisabilillah (mubaligh), Rp 300 ribu/orang. Hasil infaq dan shadaqah akan diserahkan pula kepada 16 orang fisabilillah, yakni marbot, dan guru ngaji Rp 200 ribu/orang.
Pada periode ini dana konsumtif juga akan digunakan untuk program Lubuklinggau Peduli. Salah satunya untuk bantuan pembangunan mushola SMP Negeri 2 Lubuklinggau dan SMP Negeri 9 Lubuklinggau. Dan pengurus BAZ juga akan menyerahkan bantuan dana sehat, atas nama Sri Rahayu, serta akan dimanfaatkan sembilan  orang mubaligh atau konsultan BAZ Kota Lubuklinggau, setiap mubaligh akan menerima Rp 300 ribu.
Dibidang sosial, BAZ akan menyerahkan dana untuk beberapa panti asuhan di Kota Lubuklinggau, seperti Panti Asuhan Masturoh, Masyitoh, Siti Khodijah, Al-Amin, Hubbul Aaitam, Al-Kautsar, dan Tresna Werdha Budi Luhur. Setiap panti asuhan akan menerima Rp 7 juta. Khusus bagi amil dan ibnu sabil akan mendapatkan Rp 49,5 juta. Selain itu bagi muallaf dan pembinaan telah disediakan Rp 3,3 juta. Ditambahkannya, rencana pengeluaran dana produktif akan diplotkan untuk 22 Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dengan total dana yang disiapkan mencapai Rp 74 juta.
“Total dana yang akan disalurkan periode XII 2011 mencapai Rp 198.200.000. Sejak periode 1 Juli 2005, sampai periode XII Februari 2011, dana yang telah disalurkan BAZ Kota Lubuklinggau sudah mencapai Rp 1.142.477.508, dengan rincian dana konsumtif Rp 593.856.879 dan dana produktif Rp 548.620.629.(03)

Sabtu, 19 Februari 2011

Megang Sakti Masih Kekurangan Guru

3 komentar
Guru Kelas, Olahraga, dan Agama

MEGANG SAKTI-Permasalahan kekurangan guru masih menjadi polemik di dunia pendidikan Kabupaten Musi Rawas (Mura). Seperti yang terjadi di Kecamatan Megang Sakti masih kekuarngan guru sediktnya 51 orang, yakni guru kelas, guru olahraga, dan guru pendidikan agama. Demikian dikemukakan Kepala Unit Pelaksana Teknis (KUPT) Kecamatan Megang Sakti, Waluyo kepada koran ini, Jumat (18/2)).
Di kecamatan itu ada 33 SD negeri dan tiga SD swasta. Selain itu, terdapat enam SMP negeri, dan lima SMP swasta, serta dua untuk SMA negeri dan dua  SMA swasta.
Waluyo menjelaskan, kekurangan guru lebih didominasi oleh satuan pendidikan SD, yakni SD Negeri 6 Wonosari, SD Negeri 5 Megang Sakti, SD Negeri Suban Jaya, dan SD Negeri Rejosari. Dan Kecamatan Megang Sakti membutuhkan tujuh guru agama, 14 guru olahraga, dan 37 guru kelas. Keseluruhannya masih didominasi oleh SD.
Sementara ini guru olahraga yang ada baru 16 orang. Dan untuk mengatasi kekurangan guru, sekolah masing-masing mengangkat guru honor melalui komite. Keadaan ini berakibat pada beban sekolah yang semakin besar untuk membiayai guru honor. KUPT Pendidikan Kecamatan Megang Sakti sudah mengkonsultasikan kondisi tersebut kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Mura.
Kepala Disdik Mura, Edi Iswanto melalui Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas), Irwan Effendi mengatakan, jumlah guru honor yang diangkat komite sekolah memang masih banyak. Oleh sebab itulah, banyak sekolah mengeluhkan kondisi kekuarngan tenaga pengajar ini.
Dan dalam rapat yang dilaksanakan bersama Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)Kabupaten, Inspektorat dan Pemerintah Kabupaten Mura, Disdik meminta solusi pemecahan terhadap permasalahan tersebut. Disdik juga akan mengupayakan solusi untuk bisa memenuhi kebutuhan guru di daerah-daerah terpencil ini.
Irwan Effendi meminta kepada kepala sekolah untuk bisa mengkondisikan diri. Jangan sampai kondisi ini mengganggu kegiatan belajar mengajar, dan jangan sampai ada sesuatu yang melanggar peraturan.
“Kami mohon, agar sekolah bersabar, dan menunggu keputusan selanjutnya. Permasalahan ini pastinya akan sampai di Kemendiknas, jadi Disdik juga sedang berusaha mencarikan solusinya. Selain itu, akan lebih baik jika kepala sekolah juga kreatif dalam mencari solusi cerdas,” kata Irwan. (Mg02/03)

Jumat, 18 Februari 2011

Sekolah Kewalahan Atur Honor Guru Bantu

0 komentar
TUAH NEGERI-Tahun anggaran 2011 maksimum penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), untuk belanja pegawai bagi sekolah negeri hanya 20 persen. Ketentuan itu berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 37 tahun 2010 tentang  Petunjuk Teknis (Juknis) Penggunaan BOS .
Dengan diberlakukannya ketentuan itu beberapa SD dan SMP di lingkungan Dinas pendidikan  Kabupaten Musi Rawas (Disdik Mura), merasa kewalahan dalam mengatur penggajian guru honor yang diperbantukan di sekolah yang bersangkutan.
Pasalnya, di daerah-daerah seperti Kecamatan Rawas Ulu, Kecamatan Tuah Negeri dan Kecamatan Muara Lakitan, masih banyak guru bantu yang harus digaji menggunakan dana BOS.
Disdik Mura mengintruksikan agar setiap sekolah memanfaatkan maksimal empat guru honor saja. Namun, kondisi di lapangan berbeda. Tidak sedikit sekolah di kecamatan-kecamatan justru memiliki banyak guru honor dari pada guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Seperti yang terjadi di SD Negeri 1 Petunang. Di sekolah ini, guru honor memiliki peran yang sangat penting. Meskipun mereka tidak memegang tanggung jawab sebagai guru kelas, namun keaktifan mereka sangat besar dalam membantu kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Demikian dikatakan Kepala SD Negeri 1 Petunang, Darmawati kepada koran ini, Kamis (17/2).
Di SD Negeri 1 Petunang, ada enam guru bantu. Keenam guru bantu ini senantiasa berpartisipasi aktif membantu memperlancar KBM di sekolah. Melihat kedisiplinan dan pengabdian yang dilakukan guru bantu, Darmawati berusaha mengkonsultasikan dengan kepada Disdik Mura.
Untuk menutupi biaya honor enam guru bantu tadi, sekolah memanfaatkan komponen pendukung yang lain, agar tidak mengecewakan mereka, dengan tetap memberikan honor yang sesuai dengan pengabdian yang selama ini telah diberikan para tenaga pendidik non PNS tersebut.
Honor Guru Bantu Tidak Tetap (GBTT) di SD Negeri 1 Petunang  masih dalam kisaran Rp 200.000 sampai Rp 350.000/orang/bulan. Darmawati mengungkapkan, jika disesuaikan dengan ketentuan operasional dana BOS 2011, kemungkinan honor guru bantu tidak bisa lebih dari Rp 200.000/orang/bulan.
“Meskipun demikian, sekolah akan tetap berkoordinasi dengan Disdik Mura. Kami berharap Disdik bisa membantu memberikan jalan keluar. Sebab, sekolah sangat membutuhkan guru bantu, terutama bagi mereka yang sudah mengabdi lima tahun, dan memiliki potensi mengajar yang sangat bagus,” jelas Darmawati.
Kepala Disdik Kabupaten Mura, melalui  Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas), Irwan Effendi, menjelaskan saat ini baik GBTT daerah maupun pusat, atau guru Tenaga Kerja Sukarela (TKS) yang bertugas di kecamatan-kecamatan, sudah mendapat gaji bulanan yang dibayar setiap triwulan. Sementara biaya tenaga pengajar yang masih mengambil dari dana BOS biasanya  untuk honorarium yang diangkat komite sekolah.
Menurut Irwan Effendi, jumlah guru honor yang diangkat komite sekolah memang masih banyak. Berdasarkan pantauan yang dilakukan Disdik, sekolah yang bersangkutan memberikan honorarium kepada tenaga pengajar berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 300.000/orang/bulan. Melihat honor yang diterima saat ini, tidak mungkin sekolah akan mengurangi guru honor lantaran tidak bisa memberikan honor. Tidak mungkin pula akan dilakukan pengurangan honorarium, karena selama ini honor yang diberikan kepada guru honor tidak tetap ini memang sudah sangat kecil.
“Sesuai dengan sosialisasi yang telah dilakukan Disdik kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis (KUPT) per kecamatan dalam hal penggunaan BOS ada yang diperbolehkan dan ada yang dilarang. Salah satu hal yang termasuk diperbolehkan adalah BOS dimanfaatkan untuk membayar honorarium tenaga pengajar yang diangkat komite sekolah. Namun, tidak diperbolehkan melebihi dari 20 persen dari total dana yang diterima selama satu tahun,” jelas Irwan Effendi.
Dan ternyata kondisi di lapangan, tidak sedikit kepala sekolah kebingungan dalam merealisasikan juknis yang ada. Lantaran masih ada sekolah yang ternyata banyak dibantu guru honor. Oleh sebab itulah, pada rapat yang dilaksanakan bersama Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)Kabupaten, Inspektorat dan Pemerintah Kabupaten Mura, Disdik meminta solusi pemecahan terhadap permasalahan tersebut.  Disdik menghimbau kepada sekolah agar penggunaan dana untuk honor mempertimbangkan rasio jumlah siswa dan guru, sesuai dengan ketentuan pemerintah yang ada dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang SPM Pendidikan Dasar di kabupaten/kota.
Irwan Effendi meminta kepada kepala sekolah untuk bisa mengkondisikan keadaan ini. Jangan sampai kondisi ini mengganggu kegiatan belajar mengajar, dan jangan sampai ada sesuatu yang melanggar peraturan.
“Kami mohon, agar sekolah bersabar, dan menunggu keputusan selanjutnya. Permasalahan ini pastinya akan sampai di Kemendiknas, jadi Disdik juga sedang berusaha mencarikan solusinya. Selain itu, akan lebih baik jika kepala sekolah juga kreatif dalam mencari solusi cerdas. Seperti dengan mengalihkan honorarium pada BOS provinsi maupun BOS kabupaten. Jadi jangan sampai keseluruhan honorarium diplotkan pada BOS pusat,” kata Irwan.(03)

Kamis, 17 Februari 2011

2014, Batas Penyelesaian Proses Akreditasi

0 komentar
LUBUKLINGGAU-Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Musi Rawas (Mura), menghimbau kepada seluruh madrasah untuk mengupayakan proses akreditasi. Proses akreditasi tersebut tanpa harus mengandalkan bantuan dari Kemenag Mura. Demikian dikatakan Kasi Mapenda Kemenag Mura, Habibullah Angkasa, kepada koran ini, Rabu (16/2).
Akreditasi sekolah/madrasah merupakan proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan atau program pendidikan, yang dilakukan sebagai akuntabilitas publik.
Akreditasi madrasah bertujuan untuk memberikan informasi tentang kelayakan madrasah atau program yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP), memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan atau satuan pendidikan yang diakreditasi.
Kemenag Mura meminta kepada madrasah di lingkungan Kemenag Kabupaten Mura, baik Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Iftidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) untuk mengupayakan akreditasi ini.
Sejak awal Januari, Kemenag telah mensosialisasikan rencana akreditasi tersebut. Selain itu, Kemenag juga telah menyediakan formulir instrument evaluasi diri yang bisa diisi oleh pihak madrasah yang bersangkutan.
Dari instrumen evaluasi diri, sekolah akan mengisinya sesuai dengan keadaan yang ada di madrasah. Sampai 2011, lembaga pendidikan yang berada di bawah Kemenag Mura adalah 69 RA, 36 MI yang terdiri dari tiga negeri dan 33 swasta, 36 MTs yang terdiri dari dua negeri, 34 swasta, dan 12 MA.
Habibullah menjelaskan, sementara ini baru dua RA yang mengajukan akreditasi. Selain itu baru ada delapan MTs yang mengambil formulir instrumen evaluasi diri.
Perlu diketahui, sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/U/2002 tanggal 14 Juni 2002 tentang Akreditasi Sekolah/Madrasah, komponen-komponen sekolah yang menjadi bahan penilaian diantaranya, kurikulum dan proses pembelajaran, administrasi dan manajemen sekolah/madrasah, oraganisasi dan kelembagaan sekolah/madrasah. Selain itu, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat, dan lingkungan serta budaya sekolah/madrasah juga menjadi komponen pendukung dalam penilaian akreditasi ini.
Setiap komponen dijabarkan kedalam berbagai aspek dan indikator. Selanjutnya indikator-indikator yang dikembangkan tersebut dijadikan acuan dalam pengembangan instrumen akreditasi dan penilaian yang digunakan dalam proses akreditasi sekolah/madrasah.
Ditargetkan 2014 mendatang proses akreditasi ini dapat diselesaikan. Menurut Habbullah, sepanjang 2011 ini lebih kurang 854 sekolah/madrasah di Provinsi Sumatera Selatan akan diakreditasi.
Sejauh ini, kendala yang dialami oleh sejumlah madrasah adalah masih banyak sarana dan prasarana maupun komponen yang masuk dalam penilaian akreditasi belum memenuhi standar.
Namun, dalam hal ini Kemenag tidak bisa memaksakan sebuah madrasah untuk bisa diakreditasi. Jika pada 2014 mendatang, masih ada madrasah belum bisa diakreditasi, kemungkinan besar akan dilakukan penggabungan. Oleh sebab itulah, dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, diharapkan madrasah dapat berbenah diri.
Akreditasi dinilai penting dilakukan, agar mutu pendidikan sesuai yang diharapkan masyarakat.
(03)