MUARA BELITI- Lebih kurang 400 warga Kabupaten Musi Rawas (Mura) sudah berhasil terbantu melalui program Keaksaraan Fungsional. Hingga penghujung 2010, berdasarkan data yang dihimpun Kasi Keaksaraan dan Fungsional Dinas Pendidikan (Disdik) Mura, masih tersisa dua persen penduduk yang masih menderita buta aksara.
Demikian dijelaskan Kasi Keaksaraan dan Fungsional Disdik Mura, Nelly Aidah kepada koran ini, Senin (24/1).
Sampai akhir 2010, dari 21 kecamatan di Kabupaten Mura, terdapat dua kecamatan yang bebas buta aksara, yaitu Kecamatan Tiang Pumpung Kapungut dan Kecamatan Tugumulyo.
Berdasarkan data yang dihimpun sejak 2008 sampai dengan 2010, Kecamatan Tugumulyo bebas buta aksara. Kemudian disusul Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut juga bebas buta aksara dimulai 2009.
Sudah sejak lama warga Tiang Pumpung Kepungut termasuk masyarakat yang aktif dalam mengikuti setiap program yang dilaksanakan Disdik Mura. Termasuk dalam kegiatan keaksaraan fungsional.
Oleh sebab itulah, mulai 2009 hingga saat ini masyarakat Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut sudah semakin sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan, terutama membaca. Sebagian besar penderita buta aksara murni berusia 44 tahun ke atas. Sementara bagi masyarakat yang usianya di bawah 44 tahun, sudah jarang ditemui warga buta aksara.
Berdasarkan pantauan yang dilakukan, sebagian besar warga buta aksara murni, karena putus sekolah dari kelas 1 hingga kelas 3 SD. Sejauh ini, Disdik terus berusaha untuk menggalakkan program tersebut. Khususnya untuk daerah-daerah yang masih mayoritas penduduknya buta aksara, seperti di Kecamatan Ulu Rawas, dan di Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Nibung.
“Pada suku anak dalam misalnya, PKBM setempat memberikan teknik penyampaian khusus untuk bisa masuk dalam lingkungan mereka. Tentu ini bukan hal yang mudah. Namun, sedikit demi sedikit mereka sepertinya mulai terbuka dengan dunia luar untuk beradaptasi,” jelas Nelly.
Untuk mengoptimalkan bimbingan terhadap warga yang buta aksara, BKPM kecamatan setempat harus pandai menentukan waktu yang tepat, untuk menyampaikan cara-cara membaca dan menulis. Sebab, tidak sedikit pula masyarakat menanggapi kerja keras ini dengan sikap yang kurang indah.
Seperti mengabaikan akan pentingnya pendidikan terutama menulis dan membaca. Guna mengintensifkan program ini, setiap tahun Disdik menggelar program itu dalam kurun waktu tiga bulan, yakni September hingga Desember.
Untuk bisa mengikuti program ini, biasanya PKBM kecamatan setempat akan melakukan pendataan, selanjutnya akan dibuat proposal yang akan disampaikan kepada Disdik Mura. (03)
Demikian dijelaskan Kasi Keaksaraan dan Fungsional Disdik Mura, Nelly Aidah kepada koran ini, Senin (24/1).
Sampai akhir 2010, dari 21 kecamatan di Kabupaten Mura, terdapat dua kecamatan yang bebas buta aksara, yaitu Kecamatan Tiang Pumpung Kapungut dan Kecamatan Tugumulyo.
Berdasarkan data yang dihimpun sejak 2008 sampai dengan 2010, Kecamatan Tugumulyo bebas buta aksara. Kemudian disusul Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut juga bebas buta aksara dimulai 2009.
Sudah sejak lama warga Tiang Pumpung Kepungut termasuk masyarakat yang aktif dalam mengikuti setiap program yang dilaksanakan Disdik Mura. Termasuk dalam kegiatan keaksaraan fungsional.
Oleh sebab itulah, mulai 2009 hingga saat ini masyarakat Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut sudah semakin sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan, terutama membaca. Sebagian besar penderita buta aksara murni berusia 44 tahun ke atas. Sementara bagi masyarakat yang usianya di bawah 44 tahun, sudah jarang ditemui warga buta aksara.
Berdasarkan pantauan yang dilakukan, sebagian besar warga buta aksara murni, karena putus sekolah dari kelas 1 hingga kelas 3 SD. Sejauh ini, Disdik terus berusaha untuk menggalakkan program tersebut. Khususnya untuk daerah-daerah yang masih mayoritas penduduknya buta aksara, seperti di Kecamatan Ulu Rawas, dan di Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Nibung.
“Pada suku anak dalam misalnya, PKBM setempat memberikan teknik penyampaian khusus untuk bisa masuk dalam lingkungan mereka. Tentu ini bukan hal yang mudah. Namun, sedikit demi sedikit mereka sepertinya mulai terbuka dengan dunia luar untuk beradaptasi,” jelas Nelly.
Untuk mengoptimalkan bimbingan terhadap warga yang buta aksara, BKPM kecamatan setempat harus pandai menentukan waktu yang tepat, untuk menyampaikan cara-cara membaca dan menulis. Sebab, tidak sedikit pula masyarakat menanggapi kerja keras ini dengan sikap yang kurang indah.
Seperti mengabaikan akan pentingnya pendidikan terutama menulis dan membaca. Guna mengintensifkan program ini, setiap tahun Disdik menggelar program itu dalam kurun waktu tiga bulan, yakni September hingga Desember.
Untuk bisa mengikuti program ini, biasanya PKBM kecamatan setempat akan melakukan pendataan, selanjutnya akan dibuat proposal yang akan disampaikan kepada Disdik Mura. (03)
0 komentar:
Posting Komentar