Kamis, 20 Januari 2011

Atap Gedung Sekolah Bocor

0 komentar

F-Sulis/Linggau Pos
BELAJAR :
Suasana belajar mengajar di SD N Wukirsari, Tugumulyo.


Mengintip Aktivitas Belajar di SD Negeri Wukirsari
Usia bangunan gedung SD Negeri Desa H Wukirsari, Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura) sudah mencapai 20 tahun. Atap sekolah yang terbuat dari seng sudah bocor. Demikian juga terali jendela yang terbuat dari kawat sebagian besar sudah jebol. Jika hujan, tetesan air langsung menembus flapon sehingga memabasahi meja belajar murid. Lantas, melihat kondisi ini apa harapan siswa-siswi ini kepada pemerintah. Berikut laporannya.

Sulis, H Wukirsari

DESA Wukirsari merupakan salah satu Desa yang cukup potensial di Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Mura. Produk lokal yang terkenal dari desa ini, adalah batu bata.
Namun, dibalik besarnya potensi alam yang ada, Desa Wukirsari masih membutuhkan perhatian intensif dalam hal pendidikan. Salah satu satuan pendidikan yang dikunjungi wartawan koran ini, yakni SD Negeri Wukirsari.
Tepatnya pada saat jam istirahat kedua, Siswa SD Negeri Wukirsari sedang asik bermain sepak bola di halaman sekolah yang hijau oleh rerumputan liar. Sesaat setelah itu, bel berbunyi dan mereka akan melanjutkan belajar berikutnya.
Mencoba bergabung dalam suasana belajar di lokal SD yang mendidik lebih dari 200 siswa ini, fasilitas di dalam lokal belajar sangat sederhana. Terlihat sebuah papan tulis hitam atau black board dan beberapa kursi dan meja terbuat dari kayu masih tampak terawat. Hanya saja, lantai tampak berdebu karena beberapa bagian ubin sudah mulai mengelupas.
Menurut Tulamno, Wakil Kepala SD Negeri Wukirsari kebocoran atap gedung sekolah ini sudah lama terjadi. Lokal yang mengalami kerusakan parah adalah lokal lima dan enam. Jika dipegang, terali jendelanya sudah mulai runtuh. Ini karena usianya yang sudah sangat tua.
“Sejak saya tugas di SD Negeri Wukirsari ini, gedung sekolah belum pernah direhab. Oleh sebab itulah, pada akhir 2010, kami mengusulkan kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Mura agar menganggarkan dana rehab lokal lima dan enam,” jelas Tulamno. Gedung sekolah dibangun berhadapan dengan pohon beringin yang rindang menjulang. Tidak sedikit siswa-siswi yang memanfaatkan kesejukan pohon beringin untuk duduk-duduk atau sekedar bermain bersama teman sejawat.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang SD Negeri Wukirsari, Rusidawati, pengelola perpustakaan mengajak untuk berkunjung di ruangan perpustakaan. Ia menunjukkan buku-buku koleksi perpustakaan. Berdasarkan data yang ada, lebih kurang 894 buku siap membantu peserta didik untuk belajar.
Hanya saja, menurut Rusidawati, koleksi buku paket di perpustakaan tersebut masih sangat minim, terutama untuk SD kelas V dan VI. Saat ini jumlahnya tidak lebih dari 10 buku. Oleh sebab itulah, ia berharap 2011 ini, Disdik Kabupaten Mura akan membantu memberikan tambahan koleksi buku paket.
Perpustakaan ini baru aktif pengelolaannya November 2010, sebelumnya pengelolaan perpustakaan tersebut belum berjalan maksimal. Usaha untuk memperbaiki pengelolaan perpustakaan tersebut direspon baik oleh siswa-siswi SD Negeri Wukirsari. Meski belum semua peserta didik memanfaatkan fasilitas ini, namun sedikit demi sedikit siswa mulai tertarik untuk memasuki ruangan berukuran 3x3 meter tersebut.
“Sebenarnya minat siswa sudah lumayan bagus untuk membaca, hanya saja meja yang tersedia sebagai tumpuan membaca hanya ada satu. Jadi terpaksa, pengunjung perpustakaan yang ingin membaca di dalam ruangan harus duduk lesehan di ambal,” jelas Rusidawati.
Wagiran, Kepala Sekolah SD Negeri Wukirsari berharap Disdik Kabupaten Mura merespon positif kondisi sekolah tersebut. Ia berharap, usulan rehab atap gedung SD Negeri Wukirsari dapat dikabulkan.(*)

0 komentar:

Posting Komentar